Kamis, 18 Desember 2008

Berkacalah sePak Bula Jawa

Atlet sepak bola Jawa Tengah selalu memakai tata krama secara berlebihan. Konon kenyataan inilah yang membuat klub-klub bola asal Jawa Tengah mengalami kesulitan untuk dapat menjuarai sebuah pertandingan bola. Ketika penyerang Perkesa Mataram Yogyakarta tinggal berhadapan dengan kiper lawan untuk segera menjebloskan bola ke gawang, dia malah berkata,
“Maaf, Mas, kalau boleh, saya mau memasukkan bola ke gawang Mas?”
dengan tak kalah sopan, sang penjaga gawang menjawab,
“Boleh, boleh. Silakan saja langsung ditendang, nggak usah malu-malu!”
penyerang itu kembali berucap,
“Makasih, Mas. Tapi kayaknya lain kali aja deh!’
Ketika mengiring bola dan harus melewati lawan, biasanya mereka bilang, “Permisi, saya mau menggiring bola lewat sini?” Lawannya menjawab, “O, silakan, silakan. Lewat sebelah sini saja yang lebih longgar, dan rumputnya lebih tebal!”
Wasitnya pun tak kalah sopan. Saat harus mengeluarkan kartu kuning, tanda pelanggaran, ia berkata kepada pemain yang melakukan pelaggaran,
“Mas, mas, ini saya bawakan kartu kuning untuk Mas?” Sang pemain menjawab,
“Oh iya terimakasih Pak Wasit, kebetulan saya sudah sering mendapat kartu kuning, jadi yang ini buat Bapak saja, barangkali Bapak lebih membutuhkan”
Pertandingan menjadi aneh. Tak ada gol tercipta. Tentu saja untuk menentukan pemenangnya harus diadakan adu pinalti. Ketika penendang pinalti sudah siap menendang bola, sang kiper yang seharusnya siap menghadang agar tidak terjadi gol malah berkata,
“Silakan di-gol-kan saja sepuas-puasnya. anggap saja ini gawang sendiri!”
Penendang pinalti kebingungan karena harus menganggap itu gawang sendiri. Kalau memasukkan bola ke gawang sendiri kan bunuh diri jadinya?

Akhirnya tentu saja tidak ada gol

Tidak ada komentar: